Pengaturan porsi makan MBG memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan nutrisi yang diterima siswa setiap hari. Selain itu, sekolah perlu menerapkan sistem yang konsisten agar seluruh menu memenuhi kebutuhan energi sesuai usia dan aktivitas.
Dengan teknik pengaturan porsi yang akurat, kualitas layanan gizi dapat meningkat secara signifikan. Pada akhirnya, proses yang tertata rapi membantu sekolah menyediakan makanan yang layak, aman, dan tepat sasaran.
Perencanaan Standar Porsi
1. Penentuan Kebutuhan Energi Harian
Sekolah menyesuaikan porsi makan berdasarkan kelompok usia dan tingkat aktivitas siswa. Perhitungan ini memastikan energi, protein, dan zat gizi lain tercukupi secara tepat.
Selain itu, tim gizi menggunakan acuan AKG untuk menyesuaikan jumlah karbohidrat, lauk, dan sayur. Dengan dasar ilmiah yang jelas, keseluruhan porsi dapat disajikan lebih akurat.
2. Penggunaan Alat Ukur Porsi
Tim dapur memakai sendok takar, timbangan, dan mangkuk standar agar penyajian lebih seragam. Penggunaan alat ini sangat membantu saat dapur harus menyiapkan menu dalam jumlah besar.
Porsi yang dimaksud di sini adalah jumlah makanan yang disajikan untuk setiap siswa sesuai standar gizi MBG dan AKG. Secara praktis, porsinya dibagi menjadi beberapa komponen:
- Karbohidrat: nasi, roti, atau pasta, biasanya sekitar 150–200 gram per anak, tergantung usia dan kebutuhan energi.
- Protein/Lauk: daging, ikan, telur, atau tempe/tahu, kira-kira 50–75 gram untuk protein hewani atau 100 gram untuk protein nabati.
- Sayuran: minimal 100 gram sayuran segar atau matang, untuk asupan serat dan vitamin.
- Buah: 1–2 potong buah atau setara 100–150 gram untuk vitamin dan mineral.
- Minuman: air putih atau susu, sesuai kebutuhan cairan harian anak.
Selanjutnya, sekolah menyediakan perlengkapan yang memudahkan proses pembagian porsi. Bahkan, kebutuhan tertentu dapat terpenuhi melalui layanan jual alat dapur MBG untuk meningkatkan ketepatan operasional.
Pengaturan Porsi di Proses Dapur
1. Pembagian Karbohidrat, Lauk, dan Sayuran
Dapur mengatur karbohidrat sebagai sumber energi utama dalam jumlah yang sesuai kebutuhan siswa. Kemudian, lauk diberikan dalam porsi proporsional agar protein terpenuhi tanpa berlebihan.
Di samping itu, sayuran selalu disertakan sebagai sumber serat dan vitamin yang penting untuk kesehatan. Dengan komposisi seimbang, menu harian menjadi lebih bernutrisi dan mudah diterima anak.
2. Penyesuaian Menu untuk Daya Terima Siswa
Tim mencatat preferensi siswa agar porsi tidak tersisa terlalu banyak. Catatan ini membantu sekolah mengevaluasi tekstur, rasa, dan jumlah porsi setiap menu.
Selain itu, dapur menyesuaikan ukuran potongan bahan agar lebih mudah dimakan anak. Pendekatan ini meningkatkan kenyamanan sekaligus menekan tingkat sisa makanan.
Distribusi Porsi yang Tepat Sasaran
1. Pengaturan Jalur Distribusi Makanan
Sekolah menyiapkan jalur distribusi yang terorganisasi agar porsi tetap stabil dari dapur hingga ruang kelas. Alur yang rapi juga mengurangi risiko tumpah dan membuat makanan tetap hangat.
Kemudian, relawan membantu proses pembagian agar porsi tetap merata untuk seluruh siswa. Dengan sistem yang tertata, kualitas penyajian menjadi jauh lebih konsisten.
2. Pemantauan Sisa Makanan Harian
Tim mencatat jumlah sisa makanan untuk mengetahui apakah porsi sudah sesuai kebutuhan siswa. Data ini menunjukkan bagian mana yang perlu petugas kurangi atau tingkatkan.
Selain itu, evaluasi rutin membuat sekolah lebih mudah mengambil keputusan terkait perbaikan menu dan porsi. Dengan langkah tersebut, efektivitas program MBG meningkat secara berkelanjutan.
Kesimpulan
Pengaturan porsi makan MBG membantu sekolah menjaga kualitas asupan nutrisi secara menyeluruh. Dengan sistem yang rapi, proses produksi dan penyajian menjadi lebih terukur.
Selain itu, evaluasi rutin memastikan setiap menu tetap sesuai target gizi siswa. Pada akhirnya, pengaturan porsi yang baik mendukung keberhasilan program MBG sekaligus meningkatkan kesehatan anak di sekolah.
